Rabu, 05 Januari 2011

PENGARUH PENYELENGGARAAN DAN PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP PERSEPSI PENGUSAHA KECIL ATAS INFORMASI AKUNTANSI : SUATU RISET EKSPERIMEN



Temuan Terdahulu tentang Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan temuan bahwa pengusaha kecil cenderung enggan melakukan pencatatan akuntansi dengan baik. Hal ini dilatarbelakangi oleh persepsi pengusaha kecil tersebut terhadap informasi akuntansi.
Hasil penelitian Pinasti (2001) menunjukkan bahwa para pedagang kecil di pasar tradisional Kabupaten Banyumas tidak menyelenggarakan dan tidak menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya. Keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha lebih banyak didasarkan pada informasi-informasi non-akuntansi dan pengamatan sepintas atas situasi pasar. Secara umum, bagi para pedagang kecil tersebut, informasi akuntansi tidak penting. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh para pengusaha kecil tersebut antara lain: mereka merasa terlalu direpotkan dengan penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut; para pengusaha kecil ini berpikir bahwa yang penting mereka mendapatkan laba tanpa direpoti dengan penyelenggaraan akuntansi, karena mereka belum merasakan manfaatnya.
Hasil penelitian Hariyanto (1999) mengenai kebutuhan informasi akuntansi bagi usaha perdagangan eceran (retail) di Kotatip Purwokerto menunjukkan hal yang senada bahwa perusahaan perdagangan retail di Kotatip Purwokerto tidak menganggap penting tentang informasi akuntansi, bahkan dapat dikatakan bahwa perusahaan retail di Kotatip Purwokerto, terutama yang berskala kecil, merasa tidak membutuhkan informasi akuntansi.
Idrus (2000) menyatakan bahwa pengusaha kecil memandang akuntansi merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dijangkau. Bagi mereka, suatu proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Hal terpenting bagi mereka adalah cara menghasilkan laba sebanyak mungkin dari usaha yang dijalankan tanpa direpoti dengan masalah pembukuan/ akuntansi.
Menurut berbagai penelitian, dalam Marbun (1997), salah satu kelemahan usaha kecil di Indonesia ialah pada umumnya mereka tidak menguasai dan tidak mempraktekkan sistem keuangan yang memadai. Pada umumnya usaha kecil tidak atau belum memiliki dan mengelola catatan akuntansi secara ketat dan berdisiplin dengan pembukuan yang teratur, baik dalam bentuk harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya. Salah satu alasan tidak adanya catatan yang memadai ini adalah kebutuhan akan pengadaan catatan akuntansi dianggap hanya membuang-buang waktu dan biaya.
Proses Pembentukan Persepsi
Pengertian persepsi dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2001) sebagai berikut:
“Perception is a cognitive process that enables us to interpret and understand our surroundings.”
Empat tahap pemrosesan informasi dalam pembentukan persepsi (Kreitner dan Kinicki, 2001) adalah:
(1).Tahap perhatian selektif (selective attention), yang merupakan proses timbulnya kesadaran akan sesuatu atau seseorang.
(2).Tahap interpretasi dan penyederhanaan (encoding and simplification), yaitu proses interpretasi atau translasi informasi menjadi representasi mental.
(3).Tahap penyimpanan dan pengulangan (storage and retention), yaitu tahap penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang.
(4).Tahap penarikan informasi dan pemberian respon (retrieval and response), yang dilakukan pada saat seseorang membuat pertimbangan dan mengambil keputusan.
Tahap encoding and simplification memungkinkan dihasilkannya interpretasi dan evaluasi yang berbeda atas seseorang atau suatu kejadian yang sama. Menurut Kreitner dan Kinicki (2001), perbedaan interpretasi ini dapat disebabkan oleh: (1) perbedaan informasi dalam schemata yang digunakan untuk interpretasi, (2) pengaruh mood dan emosi, (3) menerapkan kategori kognitif terkini, serta (4) perbedaan individual.
Pengaruh Pengalaman dalam Informasi Akuntansi terhadap Persepsi atas Informasi Akuntansi
Pengusaha kecil dapat mempunyai persepsi yang berbeda atas hal yang sama, yaitu informasi akuntansi. Perbedaan persepsi ini sangat ditentukan dari hasil interpretasi pada tahap encoding and simplification. Pengusaha kecil dapat memiliki informasi yang berbeda dalam schemata yang digunakan untuk menginterpretasikan nilai informasi akuntansi. Schemata adalah gambaran mental dari suatu kejadian atau suatu obyek (Kreitner dan Kinicki, 2001). Pengalaman riil akan membentuk schemata yang tepat atas informasi akuntansi.
Temuan-temuan terdahulu menunjukkan bahwa pengusaha kecil mempunyai persepsi ‘negatif’ atas nilai informasi akuntansi. Persepsi tersebut berbarengan dengan ketiadaan penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi oleh pengusaha kecil tersebut. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa persepsi ‘negatif’ tersebut didasari oleh schemata yang bukan berasal dari pengalaman pengusaha kecil dalam menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi. Dengan kata lain, pengalaman penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi dapat mengubah persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi.

ref : www.akuntansiku.co
m

1 komentar:

  1. mohon full text dan kuesionernya ke email: hilendria@yahoo.com. makasi anggun, mataram-NTB

    BalasHapus