Rabu, 05 Januari 2011

ANALISIS HUBUNGAN ACTIVITY-BASED COSTING DENGAN PENINGKATAN KINERJA KEUANGAN (STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK JAKARTA)



Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang pemerintah dan pihak manajemen sendiri.
Kinerja keuangan mengukur kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dan nilai pasar (Abdul, dkk., 2000). Ukuran keuangan biasanya diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang saham. Alat ukur yang biasa digunakan adalah return on investment (ROI).
ROI bermanfaat sebagai tolak ukur kinerja hanya jika terdapat kriteria perbandingan yang baik. Kriteria tersebut meliputi ROI untuk segmen yang sama dalam periode tertentu, rasio pada segmen lainnya, rasio pada perusahaan lain, dan tingkat pengembalian yang diharapkan (Rayburn, 1999).
ABC telah menarik banyak perhatian sebagai inovasi manajemen biaya sehingga banyak direkomendasikan penggunaan ABC untuk mendukung peningkatan proses (Turney dalam Cagwin dan Bouwman, 2002) dan untuk mengembangkan desain produk yang hemat biaya (Cooper dan Turney, 1989). Walaupun sistem ABC sering dihubungkan dengan perusahaan manufaktur, ABC dapat diterapkan dalam semua jenis organisasi (Rotch et al., dalam Cagwin dan Bouwman, 2002).
Teori-teori difusi inovasi (Kwon dan Zmud, 1987), transaksi biaya ekonomi (Roberts dan Silvester, 1996), dan teknologi informasi (Dixon, 1996) menyarankan bahwa organisasi mengadopsi suatu inovasi seperti ABC untuk memperoleh manfaat yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Bukti mengenai keuntungan-keuntungan ABC, bagaimanapun juga, terbatas pada model teoritis dan informasi anekdot yang diperoleh dari studi kasus dan sering dikaitkan dengan pratiksi (Barnes et al., 1991). Sementara itu, tidak ada bukti empiris yang menunjukkan bahwa ABC meningkatkan kinerja keuangan ataupun mempunyai hubungan antara “kesuksesan” sistem ABC dan peningkatan dalam kinerja keuangan dasar telah diuji.
Sebaliknya dalam sebuah eksperimen, Drake et al.(1999) menemukan bahwa aktivitas yang inovatif dapat menghasilkan tingkat laba perusahaan yang lebih tinggi atau lebih rendah bila para pekerja mempunyai informasi mengenai ABC. Hal ini juga didukung Cagwin dan Bouwman (2002) yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara ABC dan peningkatan ROI ketika ABC digunakan secara bersamaan dengan strategi bisnis lainnya, ketika diterapkan dalam perusahaan yang berbeda dan kompleks, ketika digunakan dalam lingkungan yang mengganggap biaya-biaya secara relatif penting, dan ketika ada angka-angka transaksi intra-company yang terbatas.
Argumentasi pendukung ABC biasanya berdasarkan pada keuntungan komparatif bahwa perusahaan dapat memperoleh informasi dari yang dihasilkan melalui ABC. Peneliti (Bjornenak, 1997) dan praktisi (Smith, 2000) mempertanyakan nilai yang tidak bisa dipisahkan dari suatu sistem ABC.
Kondisi-kondisi yang memungkinkan
Gordon dan Silveaster (1999) di dalam suatu studi peristiwa tidak dapat menemukan reaksi pasar modal yang signifikan pada instalasi dari suatu sistem ABC. Mereka mencatat bahwa ABC mungkin punya dampak yang berbeda pada perusahaan lain tergantung pada faktor firm-spesific tertentu. Mereka menyimpulkan bahwa ada alasan kuat untuk percaya bahwa manfaat ABC tergantung pada organisasional dan perilaku.
Penelitian sebelumnya (Pattison dan Arendt, 1994) telah meng-identifikasikan kondisi-kondisi lingkungan yang spesifik yang memberikan manfaat bagi penggunaan ABC. Teori yang mendukung usulan tersebut sesuai dengan ‘kondisi-kondisi yang memungkinkan” yang dapat meningkatkan penyediaan informasi biaya yang disajikan oleh ABC yang berperan penting pada pengambilan keputusan, dan oleh karena itu harus dihubungkan dengan peningkatan kinerja.
Sementara Cagwin dan Bouwman (2002) menguji hubungan ABC dengan peningkatan kinerja keuangan. Mereka menemukan adanya hubungan positif antara ABC dengan peningkatan ROI ketika ABC digunakan secara bersamaan dengan strategis lain, ketika diterapkan dalam perusahaan yang berbeda dan komplek, ketika digunakan dalam lingkungan dimana biaya-biaya secara relatif penting, dan ketika ada angka-angka transaksi intra-company yang terbatas
.ref. : www.akuntansiku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar